Kitab al adabul mufrad hadits 42-50 | ustadz Syafiq riza basalamah
Oleh ustadz Dr.Syafiq bin Riza Basalamah.
Radio rodja dan rodjatvSilahlankan simak dan download kajian nya bersama beliau [DISINI]
20.Bab jangan memutuskan (hubungan) dengan orang yang berhubungan baik terhadap ayah mu kelak cahayamu akan di putuskan (بَابُ لَا تَقْطَعْ مَنْ كَانَ يَصِلُ أَبَاكَ فَيُطْفَأَ نُورُكَ )
Bab ini mengajarkan pada kita bahwasannya jangan memutus hubungan dengan orang yang berbuat baik terhadap orangtua kita,baik itu saudara orangtua,kerabat atau teman-teman orang tua.kalau kita memutus hubungan dengam mereka kelak di akhirat Allah akan mematikan cahaya kita.
Imam syafi’i berkata; Aku berkata pada guru ku Waqi’,aku ini susah menghafal ! Waqi’ memberikan nasihat padaku agar aku meninggalkan kemaksitan dan waqi’ memberitahu ku bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan di berikan pada orang yang berbuat kemaksiatan.
Dan memutus hubungan dengan orang yang berbuat baik pada orang tua kita merupakan kemaksiatan,oleh karenanya kelak Allah akan matikan cahayanya.
Hadits 42
أَخْبَرَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَاحِقٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ الزُّرَقِيُّ، أَنَّ أَبَاهُ قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا فِي مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ مَعَ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ، فَمَرَّ بِنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَّامٍ مُتَّكِئًا عَلَى ابْنِ أَخِيهِ، فَنَفَذَ عَنِ الْمَجْلِسِ، ثُمَّ عَطَفَ عَلَيْهِ، فَرَجَعَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ: مَا شِئْتَ عَمْرَو بْنَ عُثْمَانَ؟ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، فَوَالَّذِي بَعَثَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَقِّ، إِنَّهُ لَفِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، مَرَّتَيْنِ: لَا تَقْطَعْ مَنْ كَانَ يَصِلُ أَبَاكَ فَيُطْفَأَ بِذَلِكَ نُورُكَ
[ضعيف]
“Dari sa’ad bin ‘ubadah az-zuroqi,dari bapak nya bercerita:Suatu hari aku duduk di masjid madinah bersama ‘amr bin ‘utsman,lalu lewatlah di hadapan kami ‘Abdullah bin salam(sahabat) sambil bersandar pada keponakannya,lalu dia melewati tempat duduk kemudian kembali dan menemui mereka,lalu abdullah bin salam berkata;terserah engkau wahai utsman,diulangnya 2-3 kali.
Demi dzat yang telah mengutus Muhammad dengan kebenaran,sesungguhnya tercantum dalam kitab Allah ‘azza wajalla,dua kali ia ucapkan:Jangan kau memutuskan dengan orang yang biasa berbuat baik dengan ayahmu maka cahayamu akan di matiakan.”[dhoif]
Keterangan hadit ini:
-Hadits ini dhoif secara sanad namun makna nya shahih.
Bab cinta itu di wariskan (باب الوُدِّ يَتَوَارَثُ)
Bab ini memberikan pada kita bentuk tarbiyah yang sangat indah,terutama bagi orang tua di mana dia punya kewajiban mendidik anak nya dengan cinta dan mengajarkan kebaikan,sehingga kelak anak akan berperilaku baik dan mencintai orang lain terutama pada keluarga dan kerabat nya.
Terkadang ada orang tua yang suka menceritakan kebencian,keburukan seseorang pada anaknya sehinggan anaknya pun benci terhadap orang tersebut,orang tua seperti ini sungguh tidak baik dan tercela.
Hadits 43
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ فُلَانِ بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَفَيْتُكَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الْوُدَّ يَتَوَارَثُ»
[ضعيف]
“Dari abu bakr bin hazm,tentang seseorang dari sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wasallam berkata: cukuplah bagimu bahwasannya Rosulullahi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:< sesungguhnya cinta itu diwariskan> [dhoif]
Keterangan hadits ini:
-Hadits ini secara sanad dhoif,namun ada makna yang sangat bagus di dalamnya.
Bab tidak boleh seorang anak memanggil ayah dengan namanya dan jangan duduk sebelum ia duduk dan jangan berjalan didepannya( بَابُ لَا يُسَمِّي الرَّجُلُ أَبَاهُ، وَلَا يَجْلِسُ قَبْلَهُ، وَلَا يَمْشِي أَمَامَهُ )
jangan duduk sebelum ia duduk maksudnya mungkin seorang anak mengajak orang tua nya makan di rumah makan atau restoran,dan dia sebaiknya jangan duduk sebelum dia menarikkan kursi buat duduk orang tuanya sehingga orang tuanya duduk baru dia duduk, dan hal-hal yang semacamnya.
jangan berjalan didepannya maksudnya juga pada saat-saat tertentu,mungkin ketika seorang anak berpergian bersama orang tuanya melewati jalanan yang rusak,berlubang atau bahkan terjal maka pada kondisi seperti ini lebih baik anak yang jalan duluan karena seandainya harus jatuh maka yang jatuh adalah anak nya.
Hadits 44
حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ زَكَرِيَّا قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ , أَوْ غَيْرِهِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَبْصَرَ رَجُلَيْنِ، فَقَالَ لِأَحَدِهِمَا: مَا هَذَا مِنْكَ؟ فَقَالَ: أَبِي، فَقَالَ: لَا تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلَا تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلَا تَجْلِسْ قَبْلَهُ
[صحيح]
“Dari hisyam bin ‘urwah dari ayahnya atau yang lainnya,bahwasannya Abu hurairah melihat dua orang lelaki,lalu berkata pada salah satu dari keduanya,apa hubungan mu dengan orang ini? Jawab dia ayahku, berkata abu hurairah; jangan kau memanggil ayahmu dengan namanya,dan jangan kau jalan di depannya,dan jangan kau duduk sebelum dia duduk.”
[Shahih]
Bab apakah boleh anaka memanghil kunya pada bapak nya?(بَابُ: هَلْ يُكَنِّي أَبَاهُ؟ )
Hadits 45
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ شَيْبَةَ قَالَ: أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَحْيَى بْنِ نُبَاتَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهِبٍ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ ابْنِ عُمَرَ، فَقَالَ لَهُ سَالِمٌ: الصَّلَاةَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ
[ضعيف]
“Dari syahr bin hausyab berkata: kami keluar bersam ibnu ‘umar,berkata padanya salim(anak nya ibnu umar) waktunya sholat wahai abu ‘abdirrohman.” [dhoif]
Dari ‘Abdullah bin Zahr, ia berkata, “Termasuk durhaka pada orang tua adalah engkau memanggil orang tua dengan namanya saja dan engkau berjalan di depannya.” (Al-Majmu’, 8: 257) baca selengkap nya di rumaysho.com https://rumaysho.com/11813-tidak-boleh-menyebut-orang-tua-ulama-guru-dengan-namanya-saja.html
Hadits 46
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي: الْبُخَارِيَّ: حَدَّثَنَا أَصْحَابُنَا، عَنْ وَكِيعٍ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: وَلَكِنْ أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ قَضَى
[صحيح]
“Dari ibnu ‘umar berkata: akan tetapi abu hafs ‘Umar telah memutuskan suatu hukum.” [shahih]
***Diriwayatkan dalam Kitab Ibnu As-Sunni, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan jalan di depannya, jangan membantahnya, jangan duduk sebelum ia duduk, jangan memanggilnya cuma dengan namanya saja.” Yang dimaksud jangan membantah adalah membantah orang tua ketika orang tua mengingatkan keras atau mengajari adab pada kita.
Dari ‘Abdullah bin Zahr, ia berkata, “Termasuk durhaka pada orang tua adalah engkau memanggil orang tua dengan namanya saja dan engkau berjalan di depannya.” (Al-Majmu’, 8: 257) baca selengkapnya di rumaysho.com. https://rumaysho.com/11813-tidak-boleh-menyebut-orang-tua-ulama-guru-dengan-namanya-saja.html
Termasuk dalam hal ini adalah adab ketika bergaul dengan yang lebih tua. Kalau di tempat kita biasa memanggil dengan panggilan “mas” atau “bang” atau “kang”, maka jangan hanya dipanggil dengan namanya saja. Itu bagian dari adab. Ini adalah adat ketimuran kita yang bisa dilestarikan dan tak dilarang oleh Islam.
Ibnu Taimiyah berkata,
وَالْأَصْلُ فِي الْعَادَاتِ لَا يُحْظَرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ
“Hukum asal adat (kebiasaan masyarakat) adalah tidaklah masalah selama tidak ada yang dilarang oleh Allah di dalamnya” (Majmu’ah Al-Fatawa, 4: 196)
Menghormati yang lebih tua ini juga diingatkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami siapa yang tidak menyayangi yang kecil di antara kita dan tidak menghormati yang lebih tua di antara kita.” (HR. Tirmidzi no. 1919. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Baca Selengkapnya rumaysho.com. https://rumaysho.com/11813-tidak-boleh-menyebut-orang-tua-ulama-guru-dengan-namanya-saja.html
***
Bab wajib nya menyambung silaturahim ( بَابُ وُجُوبِ صِلَةِ الرَّحِمِ)
Hadits 47
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنَا ضَمْضَمُ بْنُ عَمْرٍو الْحَنَفِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا كُلَيْبُ بْنُ مَنْفَعَةَ قَالَ: قَالَ جَدِّي: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: «أُمَّكَ وَأَبَاكَ، وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ، وَمَوْلَاكَ الَّذِي يَلِي ذَاكَ، حَقٌّ وَاجِبٌ، وَرَحِمٌ مَوْصُولَةٌ»
[ضعيف]
“Dari kulaib bin manfa’ah berkata;berkata kakek nya; wahai Rosulallah ! Siapakah orang yang aku harus berbuat baik padanya? Jawab Nabi < ibu mu dan ayah mu,saudara dan saudari mu,dan orang-orang terdekat yang kau punya,hak yang wajib dan rohim yang harus di sambungkan.” [dhoif]
Keteranagn hadits ini:
-Hadits ini dhoif namun maknanya shahih
Hadits 48
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} [الشعراء: 214] قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَادَى: «يَا بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا بَنِي هَاشِمٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ، فَإِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهُمَا بِبِلَالِهَا»
[صحيح]
“Dari abu hurairah berkata:ketika turun ayat ini{Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat mu(muhammad) yang terdekat}[Qs.26:214] Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri(riwayat lain berdiri di bukit shofa) lalu menyeru:Wahai anak keturunan nya ka’ab bin luay! Jagalah diri kalian dari api neraka.Wahai anak keturunan nya ‘abdu manaf! Jagalah diri kalian dari api neraka.Wahai anak keturunan nya Hasyim ! Jagalah diri kalian dari api neraka.Wahai anak keturunan nya ‘abdul muthalib ! Jagalah diri kalian dari api neraka.Sesungguhnya aku tidak bisamelindungimu sedikitpun dari siksa Allah, hanya saja kalian memiliki rahim (kerabat) yang aku akan jalin silaturrahimnya di dunia.'”
[Shahih]
Faidah dari hadits ini:
- Kita harus berusaha sungguh-sungguh menjaga diri dari api neraka walaupun keturanan nabi,di sini juga Rosulullah memperingatkan fathimah selaku putri nya.
- Hadits ini juga menunjukan wajib nya menjaga hubungan silaturahim.
Bab silaturahim (باب صِلَةِ الرَّحِمِ)
Hadits 49
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ: سَمِعْتُ مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ يَذْكُرُ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا عَرَضَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسِيرِهِ، فَقَالَ: أَخْبِرْنِي مَا يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: «تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ»
[صحيح]
“Dari abu ayub al anshari:Pada suat hari ada arab baduy memnjumpai nabi di jalan,lalu ia bertanya; kabarkanlah pada ku amalan apa yang bisa mendekatkan ku ke surga dan menjauhkan ku dari nerak? Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: « Sembahlah Allah dan jangan kamu berbuat syirik sedikitpun,dirikanlah shalat,bayarlah zakat dan menyambung silaturahim » [shahih]
Faidah hadits ini:
Dalam hadits ini di awali dengan kalimat tauhid,oleh karenanya tauhid syarat pertama seseorang masuk surga.Seandainya seseorang banyak beramal,beribadah akan tetapu apabila dia berbuat syirik pada Allah ‘azza wajalla maka dia tidak akan masuk surga.
Salah satu dari keutamaan silaturahim adalah bisa memasukan seseorang dalam surga nya Allah subhaanahu wata’aala.
Dalam hadits ini tidak di sebutkan puasa dan haji,kenapa? Mungkin pada waktu itu arab baduy ketika bertanya syariat puasa dan inadah haji belum du perintahkan.
Hadits 50
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي مُزَرَّدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخَلْقَ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتِ الرَّحِمُ، فَقَالَ: مَهْ، قَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيعَةِ، قَالَ: أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ، وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: فَذَلِكَ لَكِ ” ثُمَّ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: اقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ: {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ}
[محمد:22]
[صحيح]
“Dari abu hurairah r.a;bahwasannya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:Allah ‘azza wajalla menciptakan seluruh makhluknya,maka ketika selesai ciptaannya Rahim beridri,dikatakan padanya;ada apa? Rahim berkata;Ini adalah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dari memutuskan hubungan (kerabat).’ Allah berkata, ‘Apakah engkau rela aku menjalin hubungan(silaturrahim) dengan orang yang menyambungmu dan Aku memutuskan yangmemutuskanmu?’ Rahim menjawab, “Ya, wahai Tuhanku!’ Allah berkata, “Yang demikian itu untukmu.”Kemudian Abu Hurairah berkata, “Bacalah jika kalian mau, ‘(Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?)” (Qs.Muhammaad(47): 22)
[Shahih]
Faidah dari hadits ini:
Orang yang menyambung silaturahim maka Allah akan menyambungnya yakni akan memberikan rahmatnya,pertolongannya,dimudahkannya rezeki,di berikan ketenangan dan lain-lain.
Wallahu a’lam-
Komentar
Posting Komentar